yang tak habis-habisnya diperuntukkan bagiku,
terbisulah aku, aku tak bisa bicara walau sekata pun
aku memergoki pikiranku yang tak henti-hentinya tertuju padamu,
selama delapan detik aku terpaku memandangimu,
detik selanjutnya kurekam lekuk wajahmu dimemoriku
aku melihatmu,
tapi kau tak dapat melihatku,
kau tak dapat melihat segalaku,
bahkan rasaku sekalipun
di detik kedelapan,
aku masih bercerita tentang rentetan penantian
dan sudut-sudut hatiku yang kau patahkan,
bisakah kau rekatkan lagi patahannya agar utuh?
; di tiap detik penantian,
anganku masih berdiam pada tiap tetes hujan .
Jambi, 13 November 2010
0 komentar: